Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan, partainya memiliki kedekatan dengan Partai Bulan Bintang (PBB). Ia menyebut PDIP dan PBB adalah rekan kerja sama yang punya sejarah cukup panjang.
Hasto pun menyebut pertemuannya dengan Sekjen PBB Afriansyah Noor juga dilatarbelakangi sejarah kerja sama yang cukup panjang antara PDIP dengan partai politik pimpinan Yusril Ihza Mahendra tersebut.
Advertisement
Baca Juga
"Kebetulan kami punya sejarah yang cukup panjang juga dengan Prof Yusril (Ketua Umum PBB). Beliau juga menteri Gotong Royong, dalam kabinet Ibu Megawati Soekarnoputri," ujar Hasto kepada wartawan, di Kantor DPC PDIP Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (27/1/2023).
Hasto menuturkan, kerja sama dengan PBB salah satunya yakni menghasilkan karya buku tentang Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri berjudul The Brave Lady.
"Kami menuliskan buku The Brave Lady, sumbangsih tulisan di The Brave Lady tersebut," imbuhnya.
Hasto menyebut, pertemuannya dengan Sekjen PBB membahas hal-hal kebangsaan. Tak terkecuali tentang sistem Pemilu 2024, di mana PDIP dan PBB sama-sama menginginkan pemilu proporsional tertutup.
"Pertemuan (dengan Sekjen PBB) dilakukan untuk membahas hal-hal yang bersifat kemajuan bagi bangsa dan negara. Tentu saja secara khusus kami memberikan masukan, karena PBB menyatakan sebagai pihak terkait di MK," tutur Hasto Kristiyanto.
Â
Belum Singgung Soal Capres-Cawapres
Kata Hasto, pertemuannya dengan Sekjen PBB juga membahas isu politik yang menjadi kerja sama kedua partai sejak era Presiden Megawati Soekarnoputri.
"PBB menjadi bagian yang mengusung Ibu Megawati dengan menempatkan Prof Yusril sebagai Menkumham, sehingga tidak ada persoalan kerja sama kami dengan parpol. Kami mampu menjaga etika di dalam kerja sama dan kami juga berbicara masa depan," ucapnya.
Hanya saja, Hasto mengingatkan bahwa kerja sama PDIP dengan PBB tentu belum sampai membahas tentang Capres-Cawapres 2024.
"Kerja sama untuk mengusung Capres-Cawapres tentu saja Ibu Mega yang memutuskan," pungkas Hasto.
Advertisement